Sabtu, 02 Februari 2013

Di Manakah Ku Harus Mencari Kebahagiaan


Kebahagiaan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan. Sebagian orang mendefinisikan kebahagiaan dengan materi, tapi ada juga yang mendefinisikan dengan kekayaan batin atau jiwa.


Saat ini orang lebih termotivasi untuk mencari kekayaan dari pada kebahagiaan. Kekayaan telah dijadikan raja dunia. Dengan dalih, dialah yang nantinya akan mengantarkan kita pada segala-galanya, termasuk kebahagiaan. Dengan harta yang melimpah kita bisa bahagia. Tapi, apakah kekayaan lebih utama dari kebahagiaan??

Padahal, hakekat hidup sebenarnya adalah untuk mencari kebahagiaan. Kebahagiaan adalah hal utama yang perlu kita cari, dapatkan dan nikmati. Hal itu tercermin dari doa yang selalu kita minta, "rabbanaa aatina fii dunyaa hasanatan wa fiil aakhirati hasanatan faqina 'adzaabannaar." Tapi, dengan majunya zaman, kita telah diperbudak oleh trend, konsumtifisme dan selalu diombang-ambingkan oleh zaman yang terus berkembang.

Kita telah lupa, tujuan kita sebenarnya. Untuk apa aku hidup? Sehingga, hidup terasa makin resah, gelisah, takut dan angan-angan. Kekayaan materi tanpa diimbangi dengan kekayaan batin akan membahayakan dan mengecewakan. Dia memiliki, tapi tidak menikmati. "Alangkah ruginya, ketika kita memiliki, tapi tidak bisa menikmatiny." Tapi, alangkah bahagianya, jika kita memiliki dan bisa menikmati.

Dengan berbagi, kenikmatan dan kebahagiaan hidup akan lebih terasa. Apalagi, jika kita langsung melihat roman kebahagiaan itu dari orang yang merasakan pemberian kita secara langsung. Hidup terasa sangat indah, nikmat dan menyenangkan. Betapa bahagiaanya seorang guru, jika menyaksikan anak didiknya berprestasi, alangkah bahagianya orang tua jika melihat anaknya menjadi orang yang bermanfaat, dan alangkah bahagianya jika kita memberikan nasi kepada orang yang kelaparan, dsb.

Dengan memberi dan berbagi kita saling menguntungkan, khususnya bagi pemberi. Dia akan merasakan kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Oleh karenanya, jaga diri kita, jaga visi dan misi kita, untuk apa aku ada, dari mana dan mau kemana. Dengan kesadaran ini, kita akan mendapati diri kita lebih baik,lebih baik dan terus lebih baik dari sebelumnya. Semoga kita bisa mendapatkan dan menikmati kebahagiaan itu, Selamat berbagi dan mencoba…..

Post By azzamfasih.com
Read more >>

Tes Warna Keseimbangan Otak Kiri dan Kanan

Read more >>

Berlian yang Terlupakan


Alkisah, diceritakan bahwa seorang lelaki yang sangat miskin sekali sampai-sampai untuk memberi makan malam dirinya saja ia tidak mampu, padahal ia masih punya tanggungan anak dan istri yang harus diberi makan – sedang mengais mencari sisa-sisa makanan yang mungkin tercecer di jalan.

Secara tidak sengaja, pandangannya tertuju kepada sesuatu di sudut jalan yang ia pun tidak mengetahui apa sebenarnya sesuatu tersebut. Setelah ia mendekat, lalu mengambil sesuatu tersebut dengan tangannya, betapa terkejutnya ia bahwa yang ada di tanganya sekarang adalah berlian yang begitu indah. Dari setiap sikunya memancarkan cahaya. Setiap orang yang melihatnya pasti akan terpesona akan keindahan berlian tersebut. Tanpa ragu dan dengan penuh rasa gembira, ia mengambil langkah seribu menuju toko perhiasan untuk menjual berlian tersebut, dengan harapan hasilnya dapat ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari hidupnya dan keluarganya.

Hal-hal indah terbayang sepanjang perjalanannya. Harapan harapan besar tersirat dalam hatinya. Sebentar lagi ia akan membeli kemewahan tanpa peluh dengan berlian yang ada di tanganya. Seakan berjalan di atas awan, tak terasa langkah kakinya telah sampai di depan toko perhiasan yang ia tuju. Dengan sejuta impian ia memasuki toko perhiasan tersebut.

"Maaf mas, bisakah saya menjual berlian ini di sini?" tanyanya kepada si penjaga toko.


"Coba saya lihat sebentar," jawab penjaga toko.

Setelah memperhatikan dengan penuh ketelitian penjaga toko berkata dengan nada terkejut,"subhanallah!!! Ini sungguh berlian yang sangat tinggi harganya, kalau seandainya aku berikan seluruh isi tokoku kepadamu, niscaya tidak dapat menggantikan nilai berlian ini. Lebih baik mas pergi ke toko lain yang lebih besar dari pada toko saya yang tidak jauh dari sini, barang kali dia bisa memberikan harga yang setara dengan berlian ini," kata si penjaga toko.


Dengan sedikit rasa kecewa ia meninggalkan toko tersebut. Tapi rasa putus asa tidak sedikitpun terbesit di hati kecilnya. Karena dalam fikirannya, mungkin penjaga toko itu tidak mau menerima berliannya karena takut membuat ia kecewa, di sebabkan nilai yang diberikan tidak sebanding dengan berlian yang ia miliki.


Perjalanan menggapai impian pun berlanjut hingga akhirnya ia sampai di toko ke dua. Lalu ia masuk kedalam toko tersebut dan melontarkan pertanyaan yang sama seperti di toko sebelumnya.


"Permisi mas, bisakah saya menjual berlian ini di sini?" tanyanya kepada si penjaga toko yang kebetulan juga lelaki.


Lalu penjaga toko tersebut mengambil berlian itu dari tanganya.


Setelah penjaga toko memperhatikan berlian yang ia bawa penjaga toko tersebut juga terkejut, "Masya Allah, dimana kamu menemukan berlian ini?" tanya penjaga toko dengan ekspresi yang sama dengan penjaga toko pertama.


"Di jalan" jawabnya ringan.


"Wah mas, kalau seandainya seluruh isi toko ini dan bahkan dua kali lipatnya saya berikan kepadamu niscaya tidak dapat menggantikan nilai berlian ini. Lebih baik mas pergi ke toko perhiasan di ujung jalan sana, itu adalah toko perhiasan terbesar di kota ini, mungkin dia bisa memberimu harga yang setara untuk berlian seindah ini," kata penjaga toko kedua seraya memberi nasihat.


Untuk kedua kalinya perasaannya hancur. Benar-benar tidak semudah yang ia bayangkan. Demi menjual satu berlian saja ia harus berkeliling-keliling toko perhiasan. Lelah dan letih sudah bercampur aduk dengan angan.


Tapi meski demikian harapan dan impiannya tidak putus di tengah jalan. Untuk kesekian kalinya ia gantungkan cita-cita kebahagianya di toko yang ke tiga. Dengan do'a terucap, semoga di toko yang ke tiga ini berliannya dapat terjual.


Sesampainnya di toko ke tiga.


"Pak, bisakah saya menjual berlian ini di sini?" dengan penuh harap ia lontarkan pertanyaan tersebut diringi runtutan do'a di hati.


Tapi apa yang terjadi?


Setelah ia lelah berjalan, tidak satu toko pun yang mau menerima berlian yang ada di tanganya. Jawaban yang ia dapat di toko ke tiga tidak jauh berbeda dengan jawaban di dua toko sebelumnya. Bahkan kata penjaga toko ke tiga, jikalau seandainya seluruh isi toko di berikan kepadanya di tambah tiga kali lipatnya lagi tetap tidak bisa menggantikan harga berlian yang ada padanya.


Lengkap sudah penderitaanya. Berjalan tanpa alas kaki dari satu toko ke toko lain. Di tambah suara perut yang kelaparan ditemani dengan hausnya kerongkongan, membuatnya semakin putus asa. Ia hanya bertanya-tanya dalam hatinya, mengapa tidak ada satu toko pun yang mau menerima berlianya ini. Hilang sudah prasangka baik yang ada dalam hatinya. Yang ada hanya tanda tanya yang berkumul tak teratur dalam otaknya.


Lalu dari toko ke tiga ia dianjurkan untuk datang kepada raja, mungkin raja bisa menggantikan harga berlian yang ia temukan di jalan dengan harga yang setara. Untuk terakhir kalinya ia gantungkan impianya kepada sang raja. Dengan harapan semoga raja bisa memberikan kepadanya harga yang setara dengan berlian yang ia bawa.

Langkahnya menuju kekerajaan, tidak selincah ketika ia berjalan ke toko pertama. Harapan yang menjadi citanya tidak sebesar anganya ketika pertama kali ia menemukan berlian tersebut. Hingga akhirnya langkanya pun sampai di gerbang kerajaan.

Di depan gerbang kerajaan, telah berdiri dua orang penjaga gerbang yang berbadan besar. Dengan santun ia utarakan maksud dan tujuannya datang kekerajaan. Sesudah mengetahui maksud dan tujuannya, dua orang penjaga gerbang kerajaan itupun mengizinkannya masuk menemui raja.

Setelah lama ia menunggu, akhirnya sang raja pun keluar dari kamarnya yang mewah.

Dengan tutur kata yang diatur sedemikian indah, ia utarakan maksud dan tujuannya menemui paduka raja. Ia ceritakan kisah perjalananya secara singkat hingga akhirnya bisa sampai ke kerajaan yang begitu megah.

Selesai ia bercerita, dari dalam sakunya ia tunjukkan berlian yang ia bawa ke pada paduka raja.

Lalu raja mengambil berlian tersebut dengan tangannya.

Cukup lama raja memperhatikan berlian tersebut hingga akhirnya berkata, "wahai pemuda, berlian ini sungguh tidak ternilai harganya, jikalau seluruh isi kerajaan ini ku berikan kepadamu niscaya tetap tidak akan bisa menggantikanya, dimana engkau menemukan berlian ini?" seraya menyambung perkataanya dengan pertanyaan.

"Di jalan raja" jawabnya tunduk kepada raja.


"Di jalan? tanya raja balik dengan nada sedikit terkejut.


"Betul raja" jawabnya lagi.

Lalu raja meneruskan pembicaraanya, "sungguh engkau orang yang beruntung wahai pemuda. Begini saja, bagaimana kalau sebagai gantinya akan ku berikan kepadamu kunci gudang hartaku, dan kamu ku beri waktu selama sepuluh jam untuk mengambil apa saja yang kamu sukai dan sebanyak yang kau mau dari hartaku sebagai ganti dari berlian ini?"

"Sungguh raja?" tanyanya balik.

"Iya, sungguh, kalau engkau mau, sekarang juga pembantuku bisa mengantarmu ke gudang harta ku yang berada tepat di belakang kerajaan ini" jawab raja memastikan keraguan lelaki miskin tersebut.

Betapa bahagianya ia sekarang, seakan menemukan kembali lilin kehidupanya yang hampir padam untuk selamanya. Angannya kembali berkelana menelusuri setiap inci impian-impian indah yang ia miliki. Semangatnya kembali bangkit tegak bak gunung batu di dataran Yaman yang selalu sigap di terpa badai. Prasangka buruk atas berlian itu sirna dalam sekejap.

Dengan di antar oleh pembantu raja, ia melangkah menuju gudang tempat harta benda sang raja di simpan. Tanpa terlewatkan oleh pandangan matanya, setiap sudut kerajaan ia lalui dengan rasa kagum. Sungguh ia terheran-heran dengan kemewahan yang ada di dalam kerajaan. Bagaikan orang yang baru terjaga dari mimpi indah, tanpa terasa di hadapanya sudah berdiri angkuh pintu gudang harta sang raja. Pintu yang begitu megah menggambarkan kemewahan ruangan di balik pintu tersebut. Perlahan pintu gudang di buka.

Krek!! hawa sejuk bersanding dengan aroma wewangian menghempas tubuhnya dengan lembut seketika pintu gudang terbuka. Perlahan ia melangkah masuk. Dan lebih takjub lagi ia setelah benar-benar berada di dalam. Sungguh pemandangan yang belum sama sekali pernah ia lihat. Emas, intan, berlian, semuanya tersusun rapi. Cawan air terbuat dari kristal seakan duduk manis di hadapanya, menunggu anggur segar akan dituangkan di dalamnya. Berbagai macam jenis makanan dan buah-buahan dengan aroma yang sangat menggoda, sudah terhidang di hadapannya.

Tapi sangat di sayangkan, mungkin karena terlalu lama ia hidup dalam kemiskinan sehingga ia tidak tau bagaimana bergaul dengan kemewahan Terlalu lama ia menyelami kelalaian tanpa kerja keras, sehingga ia tidak tau bagaimana menyikapi kesempatan. Dalam ketakjubannya yang bodoh terbesit dalam pikiranya, untuk membagi waktunya yang sepuluh jam. Satu jam ia gunakan untuk mencicipi segala hidangan yang ada dan menikmati nikmatnya kehidupan kerajaan. Dan sisanya sembilan jam ia gunakan untuk mengambil seluruh harta raja yang ia inginkan. Karena dalam pikirannya Sembilan jam sudah lebih dari cukup untuk mengambil harta raja yang ia inginkan.

Detik demi detik waktu pun berjalan. Ia mencicipi satu persatu hidangan yang ada. Setelah kenyang dengan makanan, ia menuju lemari es yang sangat besar dimana tersimpan berbagai macam minuman di dalamnya. Tanpa terlewatkan satu pun, ia cicipi seluruh minuman yang ada di lemari es tersebut. Sampai-sampai tak terasa dua jam telah berlalu, sungguh di luar dari yang ia rencanakan.

Tapi sayangnya, dalam kelalaian, kebodohanya kembali berargumen, delapan jam juga lebih dari cukup untuk merampungkan semua rencananya. Setelah lambungnya penuh dengan berbagai macam makanan dan minuman, otak bebalnya berusaha berkolaborasi dengan ide yang mungkin ia anggap cemerlang tapi sebenarnya hanya berakhir dengan isapan jempol.

Dari waktunya yang hanya tinggal delapan jam, dua jamnya ingin ia gunakan untuk terbang ke alam mimpi dengan beralaskan permadani yang sangat lembut. Sebab ia merasa terlalu lelah dan ingin memanjakan tubuhnya sejenak, sembari mengumpulkan tenaga. Hawa sejuk istana dengan aromanya yang wangi pun mempercepat penerbangannya ke alam mimpi. Satu jam, dua jam, tiga jam, empat jam, lima jam telah berlalu, dan amat sangat di sayangkan di jam terakhir jam ke enam ia juga belum bangun dari tidurnya. Sampai akhirnya habis lah waktu sepuluh jam ia lalui di dalam gudang harta sang raja.

Lalu kemudian.

"Hai orang miskin!!! bangun!!! Bangun!!! Waktumu sudah habis," hardik pembantu raja membuatnya terjaga.

Tapi ia masih setengah sadar karena tidurnya terlalu nyenyak.


"Ayo bangun, waktumu sudah habis. Sudah sepuluh jam kamu di sini," tegas si pembantu raja.

Akhirnya ia sadar juga dari tidurnya, tak terasa enam jam telah ia lalui dengan tertidur. Pengembaraannya yang indah ke alam mimpi, membuat ia mengembara ke dalam penyesalan terdalam dalam dirinya. Penyesalan karena ia akan kembali hidup sengsara seperti sedia kala.

"Wahai tuan!!!! tolong berikan saya waktu 15 menit saja untuk saya mengambil harta raja secukupnya," katanya memohon kepada pembantu raja.

"Tidak bisa," jawabnya tegas.

"Kalau lima menit bagai mana?" pintanya lagi.

"Tetap tidak bisa, walau sedetik pun niscaya tidak akan aku berikan, raja telah bermurah hati memberikan 10 jam kepadamu. Kalau kamu belum mengambil harta raja sedikitpun, itu salahmu. Sekarang mana yang engkau pilih, ingin keluar dari kerajaan ini secara terhormat, atau ku seret kau keluar dengan paksa?" kata si pembantu raja dengan tegas.

Dengan wajah putus harapan dan tubuh lunglai seakan tak bertulang keluarlah ia dari kerajaan. Berlian yang begitu berharga, yang nilainya tidak dapat di gantikan oleh penjaga toko pertama, kedua dan ketiga, bahkan oleh raja sekali pun, hanya ia ganti dengan makanan, yang setelah dua jam kemudian mungkin ia akan merasa lapar lagi. Dengan minuman, yang mungkin setelah keluar dari kerajaan ia akan merasa kehausan lagi. Dan dengan tidur, yang pasti di keesokan harinya ia akan tidur lagi. Waktu yang raja berikan kepadanya ia sia-siakan begitu saja, tanpa ada bekasnya sedikit pun. Dan akhirnya, ia pun kembali miskin seperti sedia kala.
Pesan Moral: 
Dari cerita di atas, sadarkah kita siapa sebenarnya lelaki yang menemukan berlian berharga tersebut? Yang mana semua orang bahkan sampai raja sekalipun tidak bisa menggantikanya. 
Tanpa kita sadari, lelaki tersebut adalah saya, Anda, dan kita semua yang hidup di dunia ini. Berlian yang berharga itu adalah usia yang kita miliki, yang tidak seorang pun dapat menggantikanya dengan harta berapa pun jumlahnya. Raja yang berperan di atas adalah Allah SWT yang telah memberikan kita waktu di dunia ini untuk menimba amal, menjadikan dunia ini ladang bercocok tanam kebaikan untuk bekal kita di akhirat. Dan menjadikan setiap amalan dengan ganjarannya yang berlipat-lipat. 
Tapi memang mungkin kita yang kurang menyadari akan nikmat yang telah Allah SWT berikan. Kita yang telah terlena dengan gemerlapnya dunia sehingga lupa kemana tujuan kita sebenarnya. Kita telah menyia-nyiakan waktu yang Allah berikan dengan hal-hal tidak berguna seperti yang di lakukan lelaki miskin tersebut yang mana seharusnya ia bergegas ketika kesempatan itu masih lapang. 
Dan pembantu raja itu adalah Izrail, sang malaikat pencabut nyawa. Jika batasan waktu hidup kita telah habis, maka ia tidak akan menunda walau sedetikpun. Ia tidak akan memberikan kita kesempatan walaupun satu kata taubat. Dan ketika nafas sudah sampai di kerongkongan maka ketika itu diliperlihatkan di mana tempat duduk kita di akhirat, di surga kah? Atau nerakakah? Mari sama-sama kita berlindung kepada Allah agar di jauhkan darinya dan siksanya. 
Akhirul kalam semoga Allah SWT memberi kita kekuatan untuk tetap beristiqomah di jalanya, menjalankan syari'at-Nya dan menjauhi laranga-Nya. Dan menjadikan kita bagian dari orang-orang yang berkata dan mengamalkan perkataannya, bukan menjadikan kita bagian dari orang miskin yang melalaikan kesempatan. Dengan harapan besar rahmat, taufik dan hidayah-Nya selalu tercurah kepada kita di dunia dan di akhirat.
Dari catatan sahabatku Muhammad Fikry Yazid
Read more >>

Fatamorgana


Dunia yang sekarang kita ada dalam naungannya hanyalah fatamorgana. Yang kalau kita mengejarnya sama dengan kita menangkap awan atau mencari ketiak ular. Karena ia tidak berujung dan tidak pula berakhir.

Apa yang kita lakukan di dunia ini pada hakikatnya adalah untuk ibadah semata. Harta, tahta, prestis yang kita lelah menggapainya cuma sekedar bumbu yang menghiasi hari-hari kita yang mana intinya adalah usaha kita untuk menggapai aksara kebahagiaan tanpa batas yang telah Ia janjikan sebagai hadiah atas kepatuhan kita kepada-Nya. Dan saat itulah kita mengenal sebuah hakikat yang tiada tipu daya di dalamnya.

Memang sengaja dunia ini di buat indah, adalah sebagai ujian bagi kita. Karena sesuatu yang mulia harus dicapai dengan cara yang mulia juga. Tidak mudah bagi kita melewati semua ujian-ujian ini. Halangan dan rintangan senantiasa berkolaborasi dengan masa selagi kita masih bernyawa. Duri duri tajam selalu siap melukai tapak setiap kali kaki ingin melangkah kepada kebaikan.

Tapi semua itu bukan alasan untuk kita berputus asa. Selama kita masih punya cadangan devisa iman, sumber devisa bisa terus ditingkatkan. Masih banyak jalan untuk berinvestasi pahala, walaupun tidak sedikit yang menawarkan untuk bergelut dengan nista. Sekali lagi ini sungguh fatamorgana yang mengharuskan kita memilih dan memilah mana yang hakikat dan mana yang duplikat. Semua hampir sama, bagai pinang dibelah dua.

Hanya fikiran yang jernih dan hati yang suci berlandaskan imanlah yang mampu menunjukkan kita jalan lurus yang harus ditempuh. Memang terkadang realita jauh dari harapan dan impian. Tapi kita jangan sekali berburuk sangka kepada-Nya. Karena setiap apa yang ia kehendaki tidak ada sia-sia di dalamnya. Harus kita sadari, setiap mili detik yang kita hadapi adalah ujian bagi kita. Dan kita harus yakin kita mampu melaluinya.

Di ambil dari catatan sahabatku Muhammad Fikry Yazid.

Read more >>

Sukses Dalam Genggaman Kita

'Semua impian kita dapat menjadi nyata, jika kita memiliki keberanian untuk mengejarnya.' - Walt Disney

Dalam kehidupan, kita mengenal namanya takdir. Takdir adalah suatu ketentuan akan segala sesuatu yang terjadi di dunia ini. Jadi, segala sesuatu yang terjadi tentu ada takdirnya, termasuk manusia. Masing-masing manusia memiliki takdir yang berbeda antara satu dengan lainnya. Tergantung bagaimana dia membawa dirinya sendiri.

Sebagaimana yang selalu kita lihat setiap hari, ada orang yang rajin, tapi ada juga yang malas. Ada orang yang pandai, tapi ada juga yang bodoh. Sebenarnya apa yang membedakan mereka? Padahal mereka sama-sama di anugerahi dengan akal dan pikiran yang sama. Apakah karena kekayaan, atau karena keturunan.

Ternyata bukan, kekayaan dan keturunan tidak memiliki pengaruh yang besar akan kesuksesan seseorang. Kenyataannya, sikap dan pemikiranlah yang membedakan antara orang yang satu dengan yang lainnya. Apa yang dia kerjakan dan pikirkan, itulah yang menentukan bagaimana hidupnya. Dan hal itulah yang membedakan bagaimana nasib seseorang. Diri kitalah, yang menentukan nasib kita kedepan. Apa yang kita lakukan dan pikirkan sekarang, itulah nasib kita kedepan.

Hidup hanyalah pilihan, apakah kita akan memilih sukses atau gagal, pandai atau bodoh, kaya atau miskin, bermanfaat atau pecundang. Nasib kita, ditentukan oleh diri kita sendiri.

Selamat memilih.


Read more >>

Kelemahanku adalah Kekuatanku

Cita-cita dimasa kecilnya ingin jadi sastrawan telah dibuktikannya. Dengan terbitnya sebuah buku tipis yang masih sederhana dan jauh dari sempurna. Tapi bukankah langkah seribu juga diawali dengan langkah pertama? Dan bukankah kesempurnaan akan dicapai dengan belajar dan berlatih dengan terus membiasakan diri dari karya-karya yang selalu dihasilkan? Tidak ada sesuatu yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Ingin tau bagaimana dia menulis bukunya?

Habibie menulis bukunya dalam waktu 2 bulan Mei – Juni setelah belajar 2 bulan Maret - April.

Setiap malam dia menulis di HP nya (Dopod) dari jam 21.30-24.00 kalo sudah banyak baru dipindah ke MS Word kemudian dikirim via email pada editornya mas Andry Kristiawan dan Yustina Koen. Tentu saja Habibie harus kerja keras untuk merampungkan karyanya dengan cara yang berbeda dengan anda yang sehat. Anda bisa menulis di meja atau pun mengetik di komputer atau di laptop.

Semoga buku ini bisa memberikan sumbangan pemikiran, wawasan dan memotivasi anda dan banyak orang lain. Bahwa Habibie yang penuh keterbatasan masih bisa berkarya apa lagi anda dan mereka yang dikarunia fisik sempurna dan sehat. Anda juga pasti bisa!!!

Kondisi Habibie saat ini terus menurun. Dokter bahkan menyatakan kalau ia sekarang menderita Skoliosis (kelainan pada otot yang menyebabkan badan melengkung menyerupai huruf S), tiposis (dada ke depan), anthropi (tangan kiri sudah tidak berfungsi), serta kelumpuhan pada kedua kaki. Alat geraknya yang masih berfungsi adalah jari telunjuk tangan kanannya, dan dengan jari inilah ia mengetik, menuliskan naskah bukunya, serta berkelana di dunia maya (internet). Saat ini pernafasannya masih berfungsi dengan baik, hanya saja kalau posisi duduknya tidak nyaman, ia dapat terus terbatuk-batuk.

Sering kita perhatikan, manusia yang memiliki kesempurnaan fisik belum tentu memiliki semangat sebesar yang dimiliki oleh mereka mereka yang memiliki keterbatasan. Mungkin karena mereka tidak menemukan kesulitan dalam banyak hal, sehingga fighting spirit itu tidak terlalu memotivasi dalam mencapai apa yang diimpikan.

Tuhan tidak pernah sia sia memberikan sesuatu, menciptakan sesuatu dan mengambil sesuatu.

Catatan Ibu Endang Setyati, Gantyo Koespradono & Kick Andy.

Post By azzamfasih.com
Read more >>

Awas, Jangan Sampai Mahkota Kehidupan Anda Hilang


Bagi sebagian orang, Kehidupan merupakan sebuah anugerah dan kebahagiaan. Tapi, tidak jarang ada orang yang mengatakan bahwa hidup itu menyakitkan. Adanya perbedaan dalam memandang hidup, adalah suatu kewajaran. Sebagaimana orang memandang kesuksesan dan kebahagiaan.

Seperti halnya seorang petani, ia akan merasa cukup dan bahagia ketika ia sanggup memenuhi kebutuhan keluarga dan menyekolahkan anak. Baginya, uang seratus ribu per hari sudah lebih dari cukup untuk kehidupan keluarganya. Tapi, beda halnya dengan seorang yang bergaya hidup mewah, ia akan merasa bahagia jika ia bisa memiliki mobil mewah, makan makanan yang enak, berlibur, dan memiliki rumah megah. Baginya, uang seratus ribu itu tidaklah ada nilainya. Uang sejumlah itu hanya cukup untuk membeli bensin bagi kendaraannya saja.

Kadangkala kita tidak menyadari, bahwa kita telah memiliki sesuatu yang berharga, bahkan sangat berharga. Kita baru sadar, ketika kita kehilangannya. Bagi yang telah berkeluarga, kehidupan rumah tangga menjadi hal yang biasa saja. Ia baru sadar, bahwa berkeluarga adalah suatu kenikmatan dan anugerah ketika ia telah kehilangan (bercerai).


Seorang pepatah arab pernah berkata, 'kesehatan adalah mahkota, seseorang tidak dapat melihatnya kecuali saat ia sedang sakit'. Kesehatan merupakan harta yang paling berharga yang telah kita miliki. Tanpanya, kita tidak akan dapat melaksanakan segala aktivitas kita dengan baik. Akan tetapi, kita baru sadar dan mensyukuri nikmat ini, setelah kita kehilangannya. Ketika kita sakit, kita baru sadar akan anugerah yang sangat berharga ini.

Bagi seseorang yang memiliki fisik yang sempurna, adanya mata, kaki, dan tangan merupakan hal yang biasa saja. Bahkan, tidak sedikit dari orang yang memiliki kesempurnaan fisik, tapi jiwanya rapuh. Ia memandang bahwa dunia ini tidak adil, ia menyalahkan nasib. Padahal, yang menentukan nasib itu adalah dirinya sendiri.

Sekarang ini, bukanlah suatu keanehan untuk melihat orang yang memiliki cacat fisik, tapi jiwa mereka diberi kesempurnaan. Sebagaimana yang dilakukan oleh Habibie Afsyah (Sukses di Internet Marketing), Xie Yanhong (Berhasil menyeberangi selat Inggris), Helen Keller (pengarang dan pejuang hak-hak wanita), dan masih banyak lagi orang-orang yang memiliki keterbasan fisik, tapi mampu tampil lebih baik dan lebih bersyukur dari orang yang sempurna.

Ternyata, keterbasan fisik bukanlah penentu kesuksesan bagi mereka. Keyakinan diri, kerja keras, dan semangatlah yang menentukan kesuksesan seseorang.

Jadi, syukurilah apa yang kita miliki saat ini dan berusahalah untuk menjadikan itu semua sebagai kekuatan kita. Yakinlah akan kemampuan yang kita miliki, bekerja keraslah dan terus semangat, maka sukses telah menanti kita. Jangan lupa, jaga kesehatan kita oke.

Salam inspirasi.


Read more >>

Apakah Uang = Kesuksesan


Uang dan kesuksesan, dua kata yang sudah tidak asing lagi untuk kita dengar. Bahkan keduanya telah dijadikan referensi kebahagiaan hidup. Tapi, manakah yang harus dahulu kita dapatkan, uang atau kesuksesan? Apakah uang berbanding lurus dengan kesuksesan, ataukah sebaliknya. Mungkin banyak referensi jawaban yang akan kita dapatkan dengan pertanyaan ini. Tapi, bagaimana dengan jawaban Anda, manakah yang harus kita dapatkan lebih dulu, uang atau kesuksesan?

Berbagai kegiatan seminar dan pelatihan kita ikuti untuk mendapatkan dua hal ini. Meski kadangkala hasil yang kita dapatkan tidak sesuai dengan keinginan dan harapan. Tapi, setidaknya seminar dan pelatihan itu telah membakar jiwa kita, untuk lebih baik, maju dan terus berkembang. Seminar dan pelatihan itu telah merubah ion-ion negatif tubuh dan pikiran kita menjadi ion-ion positif. Yang telah menjadikan hari-hari kita penuh warna dan gairah. Tapi, kenapa sikap-sikap positif itu tidak berlangsung lama setelah seminar selesai?

Semangat itu bagaikan api, kadangkala dia menyala, tapi ada saatnya kapan dia padam. Api akan terus menyala, jika semua peralatan untuk menjadikan api menyala itu ada. Begitu juga dengan diri kita, semangat itu akan tetap ada dan terus ada, asalkan ada komponen yang membentuk semangat itu. Dan salah satunya dengan mengikuti seminar, membaca buku motivasi dan bersahabat dengan orang yang selalu memiliki ion-ion positif.

Kembali ke uang dan kesuksesan, apakah besarnya uang yang kita dapatkan berbanding dengan peluang kesuksesan yang kita raih. Apakah kesuksesan bisa dibeli dengan uang. Bagaimanakah pendapat sahabat-sahabat semua?

Menurut saya, uang tidak akan bisa membeli kesuksesan. Kesuksesan itu perlu kerja keras, semangat dan jiwa pantang menyerah. Kesuksesan tidak datang begitu saja, menghampiri orang yang menginginkannya. Kesuksesan perlu dicari, dan di perjuangkan. Kesuksesan hanya akan diraih bagi orang-orang yang mau bekerja keras dan memperjuangkannya. Kecuali, jika kesuksesan semu yang kita harapkan, uang bisa membelinya tanpa butuh kerja keras. Tapi, apakah itu kesuksesan yang kita harapkan???

Read more >>

Mengelola Ketidaksempurnaan



Apa lagi yang tersisa dari ketampanan setelah ia dibagi habis oleh Nabi Yusuf dan Nabi Muhammad.
Apalagi yang tersisa dari kecantikan setelah ia terbagi habis oleh Sarah, istri Nabi Ibrahim, dan Khadijah, istri Nabi Muhammad saw?
Apalagi yang tersisa dari pesona kebajikan hati setelah ia direbut Utsman bin Affan?
Apalagi yang tersisa dari kehalusan budi setelah ia direbut habis oieh Aisyah?
Kita hanya berbagi pada sedikit yang tersisa dari pesona jiwa raga yang telah direguk habis oleh para nabi dan orang shalih terdahulu. Karena itu persoalan cinta kita selalu permanen begitu, jarang sekali pesona jiwa raga menyatu secara utuh dan sempura dalam diri kita.

Pilihan-pilihan kita, dengan begitu, selalu sulit.

Ada lelaki ganteng atau perempuan cantik yang kurang berbudi. Sebaliknya, ada lelaki saleh yang tidak menawan atau perempuan salehah yang tidak cantik.

Pesona kita selalu tunggal.

Padahal cinta membutuhkan dua kaki untuk bisa berdiri dan berjalan dalam waktu yang lama. Maka tentang pesona fisik itu Imam Ghazali mengatakan, "Pilihlah istri yang cantik agar kamu tidak bosan."

Tapi tentang pesona jiwa itu Rasulullah saw bersabda, "Tapi pilihlah calon istri yang taat beragama niscaya kamu pasti beruntung."

Persoalan kita adalah ketidaksempurnaan. Seperti ketika dunia menyaksikan tragedi cinta Puteri Diana dan Pangeran Charles.

Dua setengah milyar manusia menyaksikan pemakamannya di televisi. Semua sedih. Semua menangis. Puteri yang pernah menjadi trendsetter kecantikan dunia dekade 80-an itu rasanya terlalu cantik untuk disia-siakan oleh sang pangeran. Apalagi Camila Parker yang menjadi kekasih gelap sang pangeran saat itu, secara fisik sangat tidak sebanding dengan Diana.

Tapi tidak ada yang secara objektif mau bertanya ketika itu. "Kenapa akhirnya Charles lebih memilih Camila, perempuan sederhana, tidak bisa dibilang cantik, dan lebih tua, ketimbang Diana, gadis cantik berwajah boneka itu?"

Jawaban Charles mungkin memang terlalu sederhana. Tapi itu fakta. "Karena saya lebih bisa bicara dengan Camila."

Kekuatan budi memang bertahan lebih lama. Tapi pesona fisik justru terkembang di tahun-tahun awal pernikahan. Karena itu ia menentukan. Begitu masa uji cinta selesai, biasanya lima sampai sepuluh tahun, kekuatan budi akhirnya yang menentukan sukses tidaknya sebuah hubungan jangka panjang. Dampak gelombang magnetik fisik berkurang atau hilang bersama waktu. Bukan karena kencantikan atau ketampanan berkurang. Yang berkurang adalah pengaruhnya. Itu akibat sentuhan terus-menerus yang mengurangi kesadaran emosi tentang gelombang magnetik tersebut.

Apa yang harus kita lakukan adalah mengelola ketidaksempurnaan melalui proses pembelajaran. Belajar adalah proses berubah secara konstan untuk menjadi lebih baik dan sempurna dari waktu ke waktu.

Fisik mungkin tidak bisa dirubah. Tapi pesona fisik bukan hanya tampang. Ia lebih ditentukan oleh aura yang dibentuk dari gabungan antara kepribadian bawaan, pengetahuan dan pengalaman hidup. Ketiga hal itu biasanya termanifestasi pada garis-garis wajah, senyuman dan tatapan mata serta gerakan refleks tubuh kita. Itu yang menjelaskan mengapa sering ada lelaki yang tidak terlalu tampan tapi mempesona banyak wanita. Begitu juga sebaliknya.

Salam sukses mulia.

Read more >>

Bagaimana Memotivasi Diri dan Orang Lain untuk Mencapai Sukses

Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah, dan mempertahankan perilaku, sehingga bisa menghasilkan hal yang lebih baik.


Motivasi seperti halnya api, dia akan membakar siapa saja yang berada didekatnya. Dan dia hanya akan padam, jika ada orang atau suatu benda yang memadamkannya. Motivasi menjadi pembakar jiwa dan pengobar semangat untuk mencapai hasil dan kehidupan yang lebih baik. Bukan hanya dalam hidup, dalam dunia kerja motivasi juga sangat di perlukan. Bahkan, dalam semua aspek kehidupan, dari ekonomi, agama, sosial, dan sebagainya.

Sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberikan manfaat buat sesamanya. Saya yakin, semua orang yang membaca artikel ini memiliki impian yang dahsyat dan tujuan yang mulia, yaitu bisa menjadi inspirator atau motivator bagi diri sendiri, orang lain dan keluarga.

Ini bukan tentang orang lain, ini adalah tentang diri kita sendiri. Kita harus menang, kita harus menang terhadap diri kita sendiri. Sehingga, kita dapat memberikan motivasi dan dorongan bagi semua orang yang berada di sekitar kita. Karena, untuk menjadi inspirasi bagi orang lain, kita harus menginspirasi diri kita terlebih dahulu.

Dalam kehidupan ini, kadangkala hasil yang telah kita capai tidak sesuai dengan rencana awal yang telah kita buat. Ini adalah pelajaran kehidupan dan itu merupakan hal yang wajar. Tapi, kita telah mendapatkan suatu hal yang sangat berharga, yaitu pengalaman. Bahkan ada pepatah mengatakan, 'Experience Is The Best Teacher'. Dari pengalaman inilah, yang menjadikan kita tidak jatuh di lubang yang sama, yang menjadikan kita lebih sadar, dan menumbuhkan semangat untuk mencapai hasil yang lebih baik lagi.

Itulah yang dilakukan oleh orang yang memiliki motivasi, motivasi untuk bertahan dan untuk terus maju dan maju. Dia akan memandang masalah sebagai tantangan baru yang harus di hadapi. Apa tantangan saya hari ini? masalah apa yang harus saya hadapi saat ini?

Bagaimana kita berkomunikasi terhadap diri kita, merupakan hal yang sangat penting, dan itu merupakan kunci bagaimana pikiran kita akan menjawab semua pertanyaan atau masalah dengan jawaban, bukan dengan emosi. Berbicara dengan pikiran bawah sadar merupakan salah satu cara supaya kita bisa berkomunikasi dengan diri kita. Muhasabah atau afirmasi yang kita lakukan, akan memudahkan kita mencari jawaban dari masalah kita. Bukan hanya itu, afirmasi akan menjadikan pikiran kita lebih segar dan jiwa kita lebih tenang.

Api tidak bisa menyala dengan sendirinya, harus ada seseorang yang menyalakannya. Begitu juga dengan motivasi, dia tidak akan datang dengan sendirinya, kita perlu hal-hal yang bisa menjadi pemicu untuk menyalakannya. Yang terpenting, siapakah orang yang pertama kali menyalakan api itu, kita atau orang lain?.

Jangan lupa, lakukanlah afirmasi atau muhasabah diri setiap pagi, meski satu menit. Karena satu menit itu, akan menentukan bagaimana kita dihari itu. Teruslah mencoba dan berusaha, sehingga kita bisa mendapatkan pengalaman yang baru. Bentuklah diri kita menjadi pribadi-pribadi yang positif. Sehingga, kita akan menjadi magnet positif di manapun kita berada.

Salam sukses mulia.


Read more >>

Cobalah untuk Berhenti Menjadi Gelas




Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.

"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Kemana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya.

"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang murid muda.

Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."

Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke gelas air itu," kata Sang Guru.

"Setelah itu coba kau minum airnya sedikit."

Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.

"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.

"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.

"Sekarang kau ikut aku."

Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."

Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu pikirnya.

"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya.

Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya,  "Bagaimana rasanya?"

"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya.

Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.

"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"

"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi.

Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum.

"Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdiam, mendengarkan.

"Tapi Nak, rasa 'asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau."

Masalah hanyalah seperti air hujan, yang terkadang datang dan pergi. Tapi dengannya alam menjadi lebih cerah dan udara lebih segar. Begitu juga masalah, dia akan menjadikan diri kita lebih segar. Masalah bukanlah untuk di takuti atau dihindari, tapi masalah adalah untuk diselesaikan.

Post by azzamfasih.com
Read more >>