Selasa, 25 Desember 2012

Betapa Ironisnya Negeri Ini

lagu indonesia raya menggema dalam dada
aku berdiri tegak tak bergerak
gema pancasila bergulir di beranda jiwa
aku terpejam penuh makna
sang saka berkibar gagah perkasa
aku hormat tanpa cela
itu duluuu...
saat aku sekolah tak bersepatu

lihatlah,,

muridku bernyanyi sambil ha ha hi hi
muridku berpancasila sambil tertawa
muridku hormat bendera
sambil garuk kepala,,
aku hanya geleng kepala

betapa sulit terjemahkan pendidikan karakter bangsa

kuajarkan bersalaman - di televisi para petinggi main tangan
kuajarkan bicara sopan - di televisi penuh makian
kuajarkan berbaju yang sopan - di televisi para artis buka-bukaan
kuajarkan kejujuran - di televisi para koruptor tak dipenjarakan
kuajarkan ketakwaan - di televisi para teroris berkedok keimanan

lantas apa yang mesti kuajarkan

tiba-tiba menjadi gamang

lalu kuceritakan

tentang negeri loh jinawi
membentang seperti seuntai zamrud katulistiwa rakyatnya berbudaya
punya adat ketimuran yang meraja

tiba-tiba satu bertanya

ibu,, mengapa di seberang lautan sana
masih ada rakyat yang papa,
rumahnya beratap kayu rumbia,
lalu mereka kurus kering,,
kemudian para bapaknya saling membawa parang?
kemudian aku lihat juga
mereka yang berdasi di gedung tinggi saling caci maki
berdiri di atas meja tanpa dosa?

aku terpana

tak bisa bicara
hanya bergumam

"betapa ironisnya negeri ini" 

*gumelar, 23 januari 2012
susmi hartini
antologi puisi 127 penyair
dari sragen memandang indonesia

Tidak ada komentar: